gravatar

Buku GRATIS

Download Free Ebooks Success:
http://ardalooker.blogspot.com/

1. BERPIKIR DAN BEKERJA PRODUKTIF:
Download Free

2. BUKU MESIN JADI UANG:
Download Free

Download Free Ebooks Health and Medical:

BUKU KESEHATAN:
1. Acne Vulgaris [MENGHITUNG JERAWAT DI DEPAN CERMIN]:
Download Free

2. CEGAH DEMAM BERDARAH dengue:
Download Free

3. Chikungunya:
Download Free

4. Cor Pulmonale:
Download Free

5. DBD:
Download Free

6. DISFUNGSI EREKSI:
Download Free

7. Gonore [KENCING NANAH]:
Download Free

8. Servikalis [KEHAMILAN DI LUAR KANDUNGAN]:
Download Free

9. INFEKSI SALURAN KEMIH:
Download Free

10. Flour albus [KEPUTIHAN]:
Download Free

11. Medisco:
Download Free

12. Mola hidatidosa [HAMIL ANGGUR]:
Download Free

13. Multimedia audiovisual PENYULUHAN KESEHATAN:
Download Free

14. Mumps, Parotitis [GONDONG]:
Download Free

15. Pityriasis versicolor [PANU]:
Download Free

16. Premenstrual tension syndrome [PSM]:
Download Free

17. Scabies [KULIT GATAL BIKIN SEBAL]:
Download Free

18. Thalassaemia:
Download Free

gravatar

Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV

Keberhasilan vaksin HPV berbeda setiap tipenya. Untuk HPV tipe 16 dan 18 dapat menyembuhkan kanker serviks hampir 100%, HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 dapat menyembuhkan lesi kanker sebanyak 95%, serta HPV tipe 6 dan 11 dapat menyembuhkan kutil kelamin mencapai 99%.

KAUM perempuan kini dapat sedikit berlega hati karena sudah ditemukan vaksin baru yang dapat mencegah terjadinya kanker seviks (kanker mulut rahim). Vaksin hasil riset Prof. Ian Frazer selama 15 tahun ini dapat merangsang respons antibodi dan menyembuhkan 99% kasus kanker seviks yang terjadi.

Bagaimanakah cara kerja virus tersebut dan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat memperoleh antibodi tersebut?

Dokter ahli kebidanan dan kandungan, Susan Melinda dari Melinda Hospital, memaparkannya pada talkshow pengenalan vaksin baru kanker serviks pada ajang "Wedding Belle", di Graha Managgala Siliwangi, Kamis (24/1).

Susan menyebutkan, kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada leher rahim (serviks).

Penyebab kanker serviks adalah Human Papillomavirus a, 1, 2 (HPV) dari riset yang dikembangkan menyebutkan, sebanyak 120 tipe HPV telah diketahui dan 30-40 tipe HPV menyerang anogenital. Kedua tipe tersebut ada yang tergolong ke dalam low risk type dan high risk type.

HPV yang tergolong ke dalam low risk type adalah HPV 6 dan HPV 11. Jenis ini tergolong low risk type karena tidak menyebabkan kanker hanya menyebabkan anogenital warts. Sementara HPV yang tergolong ke dalam high risk type adalah HPV 16 dan HPV 18. HPV ini dapat menyebabkan kanker serviks.

"Kalau kita ingin melihat gejala, sering kali HPV tidak menunjukkan gejala. Bahkan, banyak orang yang tidak tahu kalau mereka terinveksi HPV. Padahal, banyak orang dapat menularkan HPV tanpa menyadarinya," ujar Susan Melinda.

Ada beberapa hal tidak normal yang mesti dicermati kaum perempuan. Pertama, pendarahan tidak normal seperti pendarahan sesudah berhubungan seks/senggama, pendarahan saat bukan siklus haid, dan pendarahan sesudah menopause. Kedua, adanya kelainan pada vagina berupa keluarnya cairan kekuningan dan berbau. Ketiga, gejala lain berupa sakit/nyeri pada pinggul dan sakit atau nyeri pada kaki.

"Kalau seorang perempuan mengalami kejadian itu, segera konsultasi dengan dokter ahli. Soalnya pada kebanyakan wanita tidak menunjukkan gejala itu," ujar Susan.

Kanker serviks ditularkan melalui dua cara, karena adanya hubungan seksual sejenis dan karena hubungan nonseksual seperti pakaian dalam yang terlalu ketat dan tidak bersih, pembedahan, dan alat-alat bedah. Dapat juga terjadi karena faktor keturunan langsung dari ibu dan kelahiran prematur. Beberapa faktor infeksi HPV pada wanita terjadi karena pernikahan usia muda di bawah 20-24 tahun, bergonta-ganti pasangan seks, memulai hubungan seks pada usia muda, kelakuan dari pasangan seks, merokok, dan pasangan yang tidak disunat. Sementara faktor infeksi pada pria terjadi karena menikah di bawah usia 25-29 tahun, bergonta-ganti pasangan, tidak disunat, dan pasangan seks yang menderita infeksi.

Kanker cenderung muncul pada usia 35-55 tahun. Pengobatan kanker serviks berpotensi menimbulkan terjadinya komplikasi dan ketidaksuburan. Kualitas hidup penderita juga sangat mengerikan, terutama kalau kanker serviks itu sedang kambuh.

**

PENANGANAN kasus kanker serviks yang selama ini digunakan meliputi tiga cara: pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara edukasi, penggunaan kondom, dan pemberian vaksin yang kini sudah ditemukan. Untuk deteksi dini dapat dilakukan dengan cara pap smear dan ViIA sedangkan untuk langkah pengobatan dapat dilakukan dengan berkonsultasi kepada dokter.

Seperti sudah diketahui, deteksi dini pap smear dilakukan dengan pengambilan sel dari serviks kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya kelainan pada serviks. Tes ini harus dilakukan secara berkala oleh kaum perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual. Minimum satu kali dalam setahun.

Hal penting yang harus diperhatikan pada deteksi pap smear adalah cara pengambilan sampel dari mulut rahim, pelakukan terhadap preparat, dan pembacaan hasil laboratorium oleh ahli patologi. Agar hasil pap smear akurat, pengambilan sampel harus di tempat yang baik dan tepat, perlakuan terhadap preparat juga harus sesuai, dan pada saat pembacaan harus dilakukan dengan cara profesional.

"Ada kalanya seorang penderita menyampaikan bahwa hasil pap smear-nya negatif, tetapi pada kenyataannya dia terkena. Inilah yang harus tetap kita cermati bersama," ujarnya menegaskan.
Selain pap smear yang selama ini diyakini dapat mencegah kemungkinaan terjadinya kanker serviks, kini dikembangkaan vaksin baru yang dapat mencegah terjadinya kanker serviks pada kaum perempuan.

Riset terhadap penelitian tersebut, menurut Susan, sebenarnya sudah berlangsung selama 15 tahun. Akan tetapi, hasilnya baru dikeluarkan pada peneliti pada Desember 2006 lalu dan mulai masuk ke Indonesia pada awal Januari 2007.

Sesuai nama penyakitnya, vaksin ini disebut vaksin Human Pappilomavirus atau vaksin HPV. Vaksin HPV bekerja dengan cara merangsang respons antibodi sehingga virus HPV tidak dapat masuk ke dalam sel serviks.

Vaksin ini terdiri atas 4 tipe, HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Vaksin ini tidak mengandung virus hidup (recombinant) dan tidak mengandung bahan pengawet (timerosal free). Dibuat dari ragi (Saccharomyces Cerevisiae) yang telah digunakan pada vaksin yang disuntikan kepada jutaan anak dan dewasa.

Cara pemakaian vaksin diberikan melalui suntikan lengan atas atau paha bawah dengan jadwal 0, 2, dan 6 bulan. Akan lebih baik jika vaksin diberikan kepada calon pengantin yang belum berhubungan seks. Lebih kurang 6 bulan sebelum melangsungkan pernikahan. "Jadi, dengan tiga kali suntikan itulah, kini kaum perempuan bisa menguatkan antibodinya agar tidak terserang kanker serviks," ujarnya.

Keberhasilan vaksin HPV berbeda setiap tipenya. Untuk HPV tipe 16 dan 18 dapat menyembuhkan kanker serviks hampir 100%, HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 dapat menyembuhkan lesi kanker sebanyak 95%, serta HPV tipe 6 dan 11 dapat menyembuhkan kutil kelamin mencapai 99%.

"Keberhasilan ini tentu saja membahagiakan semua orang sehingga Prof. Ian sendiri dalam sebuah media yang merilis hasil temuannya mengatakan, `God`s gift to woman`," papar Susan.

Meski demikian, karena vaksin ini masih baru ditemukan, kekuatan (daya tahannya) masih belum dapat dipastikan. Menurut informasi terakhir, kata Susan, vaksin HPV dapat melindungi kaum perempuan dari kanker serviks selama 5 tahun. Namun, bukan tidak mungkin kemampuan ini akan terus bertambah karena riset masih terus dilakukan.

Bagaimana dengan biayanya? Anda hanya perlu menyediakan lebih kurang Rp 4,5 juta untuk tiga kali suntik dan tidak perlu ke luar negeri karena sejak Januari 2006 vaksin ini sudah beredar di Indonesia. Rumah sakit-rumah sakit tertentu sudah menyediakan layanan vaksin HPV. Tunggu apa lagi, segera hubungi dokter dan mintalah vaksin HPV. Dengan cara itu, Anda sudah melakukan satu langkah yang sangat bijak, pencegahan dini terhadap kanker serviks yang mengerikan! (Eriyanti/"PR)***

gravatar

Gagal Hamil tak Selalu Bisa Dijelaskan

PENATALAKSANAAN infertilitas harus dilakukan pada pasangan, kesatuan biologis pasutri (pasangan suami istri).

Infertilitas merupakan gangguan sistem reproduksi yang menyerang pria dan wanita pada frekuensi hampir seimbang. Infertilitas biasanya diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan menikah, tanpa perlindungan kontrasepsi dan senggama yang teratur. Namun demikian, karena kesuburan wanita itu menurun seiring pertambahan usia, biasanya bila umur istri telah mencapai 35-40 tahun, dianjurkan diperiksa setelah nikah 6 bulan dan kalau umur di atas 40 tahun dianjurkan setelah nikah 3 bulan. Sebagai gambaran, wanita usia 20 tahun yang telah menikah kemungkinannya 76% dapat hamil pada pernikahan 12 bulan. Keadaan ini berubah pada usia 30 tahun, hanya 57% dan usia 40 tahun hanya 40% kemungkinan hamil dalam 12 bulan pertama pernikahan. Wanita usia 30 tahun atau lebih yang tidak mengalami hamil selama pernikahan 3 tahun, akan menurunkan kemampuan pembuahan, tanpa suatu intervensi medis.

Pada hakikatnya, secara teoretis ada wanita yang tidak akan/tidak mungkin hamil karena menderita cacat bawaan yang cukup berat pada sistem alat reproduksi. Kelompok kedua adalah wanita yang belum diketahui sebabnya hanya punya anak satu, kemudian menjadi steril alami. Kelompok ketiga yang mampu memiliki anak/hamil lebih dari dua anak. Sampai saat ini belum ada suatu metode yang dapat memprediksi seorang wanita bakal punya anak berapa selama hidupnya.

Penyebab infertilitas, bisa dari pria dan atau wanita atau kedua pasangan tersebut (pria dan wanita). Oleh karena itu, sangat rasional bahwa keberhasilan hamil tidak dapat dirujuk pada satu pihak saja. Itulah sebabnya penatalaksanaan infertilitas harus dilakukan pada pasangan, kesatuan biologis pasutri (pasangan suami istri).

Pada wanita, penyebab infertil antara lain kegagalan ovulasi, kelainan hormon seperti prolaktinemia, kelainan anatomi saluran telur, tumor, infeksi/radang daerah panggul, endometriosis, tuberkulosa, penyakit kelamin, sindroma polikistik, dan adekuatnya hubungan senggama suami istri. Pada pria, selain kelainan fisik juga kelainan testis, cairan semen/air mani, hormon, dan alat tubuh terkait fungsi reproduksi. Banyaknya penyebab kelainan menyebabkan banyak pula pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mencapai apa penyebab infertilitas dan mengobatinya dengan adekuat. Namun demikian, banyak pasutri yang tidak sabar atau tidak dapat mengikuti rangkaian pemeriksaan karena ingin cepat punya anak. Bisa jadi mereka bosan atau karena alasan dana/finansial lalu menghentikannya dan selang beberapa tahun kemudian dimulai lagi, berpindah dokter. Mereka tidak menyadari bahwa menghentikan pemerikasaan yang belum tuntas akan menambah usia wanita, juga akan turut menurunkan kemampuan hamil/kesuburan.

Apabila seluruh rangkaian pemeriksaan sudah dilaksanakan dan tidak ditemukan kelainan kelamin penyebab infertil, namun upaya kehamilan tetap belum membuahkan hamil, dokter sering menyebutnya sebagai unexplained infertility (UI) atau infertilitas tak terjelaskan. Dengan demikian, diagnosis UI adalah suatu diagnosis eksklusi, yaitu setelah menilai semua pemeriksaan dalam batas normal, baru dipikirkan diagnosis UI.

Bukan vonis mati

Unexplained infertility sebagai salah satu etiologi (ilmu yang mempelajari sebab penyakit) dari infertilitas, angka kejadiannya menurun, sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan demikian, apa yang dahulu masih misteri, sedikit demi sedikit mulai terdeteksi.

Dari etiologi umum sebab infertilitas oleh endometriosis, kelainan ovulasi, kelainan tuba, kelainan pria, atau kombinasi kelainan tersebut, justru unexplained infertility menempati angka 16%. Namun, angka ini mengalami penurunan beberapa tahun kemudian. Jadi, bila didiagnosis oleh dokter bahwa seseorang unexplained infertility, bukanlah vonis mati yang tidak dapat diubah. Tetaplah berupaya karena masih mempunyai kemungkinan sampai 40-80% untuk hamil spontan dalam kurun waktu 3 tahun pemantauan pemeriksaan.

Masalah utama yang menjadi kendala adalah kecemasan dan ketidakpercayaan akan hasil pemeriksaan sehingga menyulitkan dalam menyampaikan informasi logis ilmu kedokteran. Hindari kecemasan karena keadaan ini akan berdampak pada sistem hormon reproduksi yang berperan terhadap proses kehamilan.

Sebaliknya, seorang dokter tidak dapat begitu saja memutuskan diagnosis UI, sebab secara sistematis harus mengkaji ulang beberapa hal, seperti apakah semua prosedur pemeriksaan telah dilakukan menurut standar yang berlaku? Apakah pasangan pasutri telah melakukan semua prosedur pemeriksaan? Apakah telah dilakukan reevaluasi hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan?

Seorang dokter yang pasiennya menghadapi masalah UI, sebelum memberikan keputusan diagnosis harus memikirkan ulang kemungkinan misdiagnosis, khususnya terhadap endometriosis, kelainan tuba, proses penuaan ovarium (indung telur) yang dini dan imunologi infertilitas.

Saat ini, yang sedang giat diperdalam oleh para ilmuwan adalah masalah imunologi infertilitas.

Selain itu, akhir-akhir ini banyak dicoba berbagai cara pengobatan UI, misalnya melalui sediaan imun seperti penggunaan sel darah suami/partner yang disuntikkan, serta zat imunoglobulin yang diberikan secara infus mulai saat sebelum konsepsi, terus dilakukan sampai hamil cukup bulan. Akan tetapi, cara ini sangat mahal, hasilnya pun masih kontroversi, meski ada yang berhasil ada pula yang gagal. Hal ini karena proses kehamilan terlalu kompleks, ilmu pengetahuan baru dapat menguraikannya sedikit saja, masih banyak yang unexplained.

Banyak keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masalah kehamilan. Permasalahan bertambah rumit pada pasien unexplained infertility yang berusia mendekati 40 tahun. Terjadi dilema antara kehamilan dan kemungkinan adanya kecacatan.Tampaknya hanya upaya maksimal, ketenangan, dengan mengambil hikmahnya, dan pasrah kepada Allah merupakan jalan terbaik dalam menghadapi unexplained infertility. (Prof. Dr. dr. A. Biben, Sp.O.G., K-FER /Konsultan fertilitas endokinologi reproduksi).

gravatar

Ambil Sumber yang Alami

Hingga saat ini belum ada penelitian yang mampu memastikan komposisi seimbang antara radikal bebas dan antioksidan yang harus ada dalam tubuh. Sehingga jangankan awam, ahli pun belum bisa menyarankan berapa asupan suplemen yang pas agar antioksidan dalam tubuh kita bisa menandingi si radikal bebas.

Teori alam yang menganjurkan keseimbangan bila tidak disikapi dengan bijak bisa berakibat fatal. Begitu juga jika kelebihan antioksidan. Sebagai contoh, jika mengonsumsi vitamin C secara berlebih, konon sisa yang tak diperlukan tubuh akan langsung terbuang. Namun dari penelitian mutakhir, kelebihan vitamin C bisa menjadi bumerang bagi tubuh. Dalam kondisi tertentu, vitamin C bisa berubah menjadi radikal bebas.

Agar tetap berada dalam keseimbangan, ahli nutrisi Prof. Dr. Kunkun K. Wiramihardja dengan bijak mengembalikan pada teori yang terdengar klise namun tak lekang oleh zaman, yaitu mengonsumi makanan empat sehat.

"Makan saja sesuai pola empat sehat, insya Allah kebutuhan tubuh akan antioksidan itu sudah terpenuhi," kata Kunkun.

Diakui Kunkun, pada kondisi tertentu multivitamin dibutuhan. "Suplemen hanya dibutuhkan jika kita memiliki aktivitas yang berat sekali atau sedang terserang penyakit, " kata Kunkun.

Kunkun menyebutkan jenis antioksidan adalah vitamin C, vitamin E, betakaroten dan mineral seperti zinc, selenium, mangan dan cuprum. Antioksidan tersebut terdapat di antaranya pada buah-buahan, sayuran, hati, tiram, unggas, semua biji-bijian, ikan, susu dan daging. Vitamin C terdapat pada buah jambu biji, stroberi, melon, kubis dan jeruk. Sedangkan vitamin E terdapat pada gandum, minyak sayuran, kacang-kacangan, kuning telur, sayuran berdaun hijau dan tauge. Sedangkan betakaroten banyak ditemui pada wortel, belewah, daun singkong, bit, daun bayam dan ubi merah.

Di antara semua itu, Kunkun menegaskan betapa tingginya antioksidan yang diperoleh dari kacang kedelai atau tempe. "Penelitian sudah membuktikan bahwa tempe ini sangat berguna sekali sebagai antioksidan yang mampu menangkal penyakit kanker," tegas Kunkun.

Kunkun menyayangkan, banyak orang mengabaikan makanan tradisional yang satu ini. Di sisi lain, Amerika di bawah bendera Universitas Massachuset telah mengklaim tempe yang besar manfaatnya ini sebagai miliknya, dengan hak paten bernama "Tempeh".

"Masalahnya kita selalu diperbudak oleh yang serba luar negeri. Untuk konsumsi buah saja, orang malah mencari buah impor, padahal buah lokal tidak kalah bahkan jauh lebih baik kandungannya," kata Kunkun.

Sebagai contoh, Kunkun berani memperbandingkan kandungan vitamin C antara buah kiwi dan jambu klutuk asli Indonesia. Menurut Kunkun, halaman rumah kita bisa menjadi sumber antioksidan. "Dulu hampir setiap rumah selalu ada tanaman buah. sekarang mencari pohon jambu klutuk atau delima sulitnya bukan main," kata Kunkun yang semakin mengkhawatirkan punahnya tanaman ini.

Dalam memperlakukan buah-buahan dan sayuran segar, agar tetap menjadi sumber alami antioksidan, menurut Kunkun diperlukan teknik yang benar. Pada proses pencucian, pemotongan dan pemasakan yang tidak benar banyak antioksidan terbuang sia-sia.’

"Pemahaman tentang ini harus dipunyai kaum perempuan. Misalnya jangan memasak sayuran terlalu matang, mencuci dulu buah atau sayur baru dipotong, bukan dipotong dulu baru dicuci, " kata Kunkun menyarankan.

Mengonsumsi makanan sehat juga harus diimbangi dengan gaya hidup sehat. Pengaruh iklan bisa menyesatkan. Masyarakat bisa membalikkan asumsi dengan mudah. Misalnya tidak apa-apa merokok, toh radikal bebas yang dihasilkannya akan dilawan oleh antioksidan. Apalagi antioksidan dalam bentuk instan mudah ditemui di toko-toko obat. Pembenaran semacam inilah yang perlu diluruskan. Bagaimanapun merokok dan berbagai aktivitas lainnya yang tidak sehat dalam batas yang berlebih tidak bisa ditangkal sesederhana itu. (Uci)***

gravatar

Antioksidan, Zat Ajaib Antipenuaan Dini

Zat antioksidan akhir-akhir ini semakin populer. Bukan di kalangan ilmuwan saja, awam pun kini semakin menyadari kehebatannya. Selain dikenal sebagai senjata ampuh untuk menangkal berbagai penyakit, antioksidan juga dipercaya bisa membuat awet muda. Sebenarnya apa sih antioksidan itu ?

Karena mengetahui kehebatan antioksidan, Santi rajin mengonsumsi jus wortel setiap hari. Tidak tanggung-tanggung, dalam sehari wortel yang dijus hingga berkilo-kilogram. Ini adalah upayanya mendapatkan antioksidan yang terkandung dalam betakaroten wortel. Sebulan kemudian, Santi tumbang. Ia masuk ke rumah sakit dan dideteksi mengalami kerusakan hati.

"Betul, aktioksidan itu dibutuhkan oleh tubuh. Tapi, segala sesuatu itu jangan terlalu berlebihan," kata Dr. Maria Immaculata Iwo, M.Si., Apt, dosen dan peneliti dari Sekolah Farmasi (School of Pharmacy) Institut Teknologi Bandung. Kejadian yang menimpa Santi adalah salah satu kasus yang diketahui Imma, demikian panggilan Dr. Maria.

Di kalangan perempuan, antioksidan menjadi terkenal karena khasiatnya yang mampu menghambat proses penuaan dini. Siapa sih orang yang tak ingin awet muda. Selain itu, berdasarkan penelitian ilmiah, antioksidan terbukti mampu menjadi penangkal berbagai penyakit degeneratif seperti jantung dan penyakit yang masih menjadi momok kaum perempuan yaitu kanker.

Berkaca dari pengalaman kakaknya yang terkena penyakit kanker payudara, Chairunnisa (44) mengaku semakin rajin mengonsumsi berbagai vitamin dan makanan yang diketahuinya mengandung antioksidan. "Terutama mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. Dengan cara ini, saya berharap keluarga dan saya, bisa mencegah timbulnya kanker," kata Cairunnisa, ketika melihat betapa menyakitkannya saat kanker sudah menyerang kaumnya. Selain membunuh kakak perempuannya, kanker telah merenggut hidup seorang pembantu rumah tangga tetangganya. Pengetahuan tentang antioksidan diperolehnya, karena ia rajin membaca berbagai majalah.

Populernya, antioksidan tak lepas dari gencarnya iklan produsen vitamin maupun food suplement di berbagai media. Dalam salah satu iklan televisi, digambarkan betapa antioksidan dibutuhkan tubuh manusia. Seorang model membawakan iklan yang memberikan contoh gaya hidup tidak sehat dan lingkungan yang membuat tubuh memerlukan zat itu. Dalam iklan tersebut sang model digambarkan merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi junk food, dan terkena paparan sinar utraviolet secara berlebihan. Akibat dari aktivitasnya itu, tubuh mengandung banyak radikal bebas, sehingga memerlukan antioksidan sebagai penangkapnya. Langkah pamungkas, iklan itu menyodorkan produk yang mengandung antioksidan.

**

Besarnya peran iklan, juga diakui distributor obatan-obatan di Bandung Ir. Tri Suhartanto. "Masyarakat mengetahui keberadaan antioksidan ini, memang dari gencarnya iklan. Ada juga yang tahu dari dokter yang pernah meresepkan tablet antioksidan, sebagai vitamin tambahan saat ia terserang suatu penyakit," ujar Tanto.

Peredaran food suplement yang mengandung antioksidan, menurut Tanto, semakin banyak sejak awal 1990-an. Kendati iklan pada saat itu tidak segencar sekarang, namun pengetahuan orang sudah semakin mendalam. Bahan bacaan yang mengupas manfaat antioksidan, mendorong orang mencari tahu dan mencari sumber-sumber antioksidan. Pengusaha umumnya memiliki penciuman bisnis yang tajam, segera mengemas antioksidan dalam bentuk ekstrak. "Di pasaran, jenis ini mencapai puluhan. Banyak di antaranya yang dijual secara bebas," kata Tanto.

Karena, dalam hitungan menit bahkan detik (iklan televisi atau radio) dan terbatasnya lahan (media cetak) informasi yang diterima masyarakat, ujung-ujungnya banyak masyarakat salah kaprah, mengonsumsi berbagai produk secara sembarangan bahkan berlebihan.

"Jangan kepancing iklan," kata Imma mengingatkan. Sebagai bahan panduan, Imma yang sering menjadi narasumber di media elektronik ini memberi latar belakang tentang apa dan mengapa antioksidan dibutuhkan tubuh manusia.

Dalam tubuh semua manusia terdapat radikal bebas, sebagai hasil sampingan dari proses pembentukan energi. Energi itu sendiri didapat lewat proses metabolisme dengan membakar (mengoksidasi) zat-zat makanan seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Zat-zat tersebut kemudian diubah atau dikonversikan menjadi senyawa pengikat energi (Adenosin Triphospat atau ATP) dengan bantuan oksigen. Pada proses oksidasi inilah, radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) jenis anion superoksida dan hidroksil radikal ikut terproduksi.

"Dalam jumlah tertentu radikal bebas dibutuhkan," kata Imma. Radikal bebas tersebut dibutuhkan sebagai bagian dari pertahanan tubuh. Salah satu contoh, radikal bebas bisa membantu sel darah putih atau lekosit untuk menghancurkan atau memakan kuman yang masuk ke dalam tubuh.

Namun, pada kenyataannya radikal bebas sering tercipta melebihi kebutuhan tubuh. Selain tercipta karena proses metabolisme, radikal bebas terbentuk akibat lingkungan dan gaya hidup. Bisa disebut radikal bebas terjadi pada setiap kejadian yang berkaitan dengan api atau pembakaran seperti polusi akibat pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, merokok, dan paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus.

Ketika radikal bebas ada dalam tubuh terlalu banyak, perannya berubah menjadi jahat atau destruktif (merusak). "Radikal bebas kerap disebut sebagai elektron sunyi, karena tidak lengkap pasangan elektronnya. Seperti seseorang yang tidak bisa hidup sendiri, ia akan mencari terus pasangannya," ujar Imma.

Namun, sayangnya radikal bebas melakukannya secara liar dan radikal. Sang preman ini tidak sungkan-sungkan merebut elektron dari molekul lainnya, juga tanpa pilih-pilih sasaran. Molekul sel lain yang elektronnya dirampas oleh radikal bebas akan merana dan rusak. Molekul itu di antaranya molekul makro pembentuk sel yaitu protein, karbohidrat (polisakrida), lemak, dan DNA (doxyribo nucleid acid).

Aksi sang preman ini menimbulkan reaksi berantai, yang menyebabkan radikal bebas tercipta kian banyak. Akibatnya, sel akan rusak dan bisa bermutasi. Itulah yang menjadi penyebab berbagai penyakit degeneratif atau kanker yang ditakuti kaum perempuan.

Dalam proses penuaan dini, radikal bebas berperan sangat besar. Ia bebas merusak senyawa lemak pada membran sel. Jika ini yang terjadi, kulit kehilangan rigor atau ketegangannya, efeknya pada kulit manusia adalah munculnya apa yang kita kenal sebagai keriput.

**

Bak dalam film, ada peran jahat maka ada pula sang jagoan atau pahlawan yang mampu melumpuhkan sang penjahat. Sang jagoan inilah yang dikenal sebagai antioksidan. Menurut Imma, ada tiga macam antioksidan dilihat dari fungsinya yaitu primer, sekunder, dan tersier. Fungsi primer yaitu antioksidan berperan mencegah pembentukan radikal bebas yang baru dan melindungi tubuh kita dari rusaknya sel-sel akibat radikal bebas tersebut. Pada fase ini antioksidan mencegah tahap inisiasi.

Fungsi sekunder yaitu menangkap radikal bebas yang sudah terbentuk dan mencegah terjadinya reaksi yang berlanjut atau mencegah tahap prograsi. Pada tahap ini radikal bebas sudah merusak sel dan terjadi pembentukan berantai. Antioksidan akan maju dan memutus rantai tersebut. Sedangkan fungsi tersier adalah memperbaiki kerusakan yang sudah telanjur terjadi.

Intinya, antioksidan menyediakan dirinya sebagai pasangan pelengkap radikal bebas. Dengan demikian, ia menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas. Ia juga menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas.

Sedangkan dari segi ketersediaan, Imma mengatakan, terdapat dua cara dalam menghasilkan antioksidan yaitu secara eksogen (dari luar tubuh) dan endogen (dari dalam tubuh).

"Dari luar tubuh, antioksidan kita peroleh melalui makanan dan minuman yang mengandung vitamin C, E, atau betakaroten, " jelas Imma.

Dalam bentuk ekstrak, toko obat dan apotik menyediakan antioksidan dalam bentuk vitamin, mineral, dan fitokimia. "Biasanya berupa tablet," kata Tanto. Beberapa antioksidan yang sudah terkenal di masyarakat adalah yaitu vitamin C, vitamin E, beta karoten, selenium (Se), dan cuprum (Cu).

Kuasa Tuhan dibuktikan pula dengan kemampuan tubuh memproduksi sendiri zat antioksidan. Inilah yang disebut sebagai endogen. Dalam tubuh antioksidan diproduksi dalam bentuk enzim yaitu superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH Px), dan katalase.

Namun, sama juga seperti radikal bebas, senyawa antioksidan ini diperlukan juga hanya dalam jumlah tertentu. "Tubuh kita mempunyai kemampuan mekanisme yang kita kenal sebagai homeopathy, yaitu keseimbangan antara produksi dan sistem pengurai," kata Imma. Jadi, jika tubuh dalam keadaan dan aktivitas normal, asupan makanan yang seimbang membuat kita tak perlu tambahan segala macam suplemen.

Kapan tubuh memerlukan tambahan antioksidan dari luar menurut Imma sangat kasuistis. Namun, secara kasat mata orang bisa mengenali dirinya sendiri kapan ia butuh vitamin atau mineral tersebut. Misalnya, ia memiliki aktivitas yang luar biasa tinggi atau sering terkena paparan matahari seperti polisi jalan raya.

Menurut Imma, sebenarnya ada juga alarm tubuh yang menandakan kita memerlukan zat tambahan antioksidan.

"Misalnya, kalau badan merasa lemas atau menguap terus-menerus. Ini bisa menjadi indikasi tubuh sudah memerlukan tambahannya," kata Imma.

Karena pengaruh lingkungan yang semakin tidak sehat, banyak orang merasa memerlukan tambahan antioksidan dan memutuskan mengonsumsi antioksidan dalam bentuk tablet. Kalaupun akan mengonsumsi vitamin, mineral, maupun food suplement, Imma menegaskan agar orang berpegangan pada produk yang sudah mendapat legalisasi dari pemerintah.

Namun, jika kita mengikuti pola makan sehat, cadangan antioksidan dalam tubuh sudah cukup untuk melawan penyakit dan penuaan dini. Pola makan sehat di antaranya banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar.

"Cara kerja antioksidan itu akan lebih efektif jika dikombinasi. Sebab, jika makan buah misalnya, lebih bagus makan dua atau tiga jenis sekaligus," kata Imma yang mengakui cara ini mungkin akan mendapat hambatan dari segi biaya. Tetapi, Imma menyodorkan solusi lain. Mengonsumsi buah yang mengandung berbagai jenis antioksidan dengan cara murah bisa dengan cara makan rujak. "Berbagai buah-buahan dalam rujak mengandung pula berbagai jenis antioksidan," kata Imma tentang makanan favorit kaum perempuan ini. (Uci Anwar)***