gravatar

Ambil Sumber yang Alami

Hingga saat ini belum ada penelitian yang mampu memastikan komposisi seimbang antara radikal bebas dan antioksidan yang harus ada dalam tubuh. Sehingga jangankan awam, ahli pun belum bisa menyarankan berapa asupan suplemen yang pas agar antioksidan dalam tubuh kita bisa menandingi si radikal bebas.

Teori alam yang menganjurkan keseimbangan bila tidak disikapi dengan bijak bisa berakibat fatal. Begitu juga jika kelebihan antioksidan. Sebagai contoh, jika mengonsumsi vitamin C secara berlebih, konon sisa yang tak diperlukan tubuh akan langsung terbuang. Namun dari penelitian mutakhir, kelebihan vitamin C bisa menjadi bumerang bagi tubuh. Dalam kondisi tertentu, vitamin C bisa berubah menjadi radikal bebas.

Agar tetap berada dalam keseimbangan, ahli nutrisi Prof. Dr. Kunkun K. Wiramihardja dengan bijak mengembalikan pada teori yang terdengar klise namun tak lekang oleh zaman, yaitu mengonsumi makanan empat sehat.

"Makan saja sesuai pola empat sehat, insya Allah kebutuhan tubuh akan antioksidan itu sudah terpenuhi," kata Kunkun.

Diakui Kunkun, pada kondisi tertentu multivitamin dibutuhan. "Suplemen hanya dibutuhkan jika kita memiliki aktivitas yang berat sekali atau sedang terserang penyakit, " kata Kunkun.

Kunkun menyebutkan jenis antioksidan adalah vitamin C, vitamin E, betakaroten dan mineral seperti zinc, selenium, mangan dan cuprum. Antioksidan tersebut terdapat di antaranya pada buah-buahan, sayuran, hati, tiram, unggas, semua biji-bijian, ikan, susu dan daging. Vitamin C terdapat pada buah jambu biji, stroberi, melon, kubis dan jeruk. Sedangkan vitamin E terdapat pada gandum, minyak sayuran, kacang-kacangan, kuning telur, sayuran berdaun hijau dan tauge. Sedangkan betakaroten banyak ditemui pada wortel, belewah, daun singkong, bit, daun bayam dan ubi merah.

Di antara semua itu, Kunkun menegaskan betapa tingginya antioksidan yang diperoleh dari kacang kedelai atau tempe. "Penelitian sudah membuktikan bahwa tempe ini sangat berguna sekali sebagai antioksidan yang mampu menangkal penyakit kanker," tegas Kunkun.

Kunkun menyayangkan, banyak orang mengabaikan makanan tradisional yang satu ini. Di sisi lain, Amerika di bawah bendera Universitas Massachuset telah mengklaim tempe yang besar manfaatnya ini sebagai miliknya, dengan hak paten bernama "Tempeh".

"Masalahnya kita selalu diperbudak oleh yang serba luar negeri. Untuk konsumsi buah saja, orang malah mencari buah impor, padahal buah lokal tidak kalah bahkan jauh lebih baik kandungannya," kata Kunkun.

Sebagai contoh, Kunkun berani memperbandingkan kandungan vitamin C antara buah kiwi dan jambu klutuk asli Indonesia. Menurut Kunkun, halaman rumah kita bisa menjadi sumber antioksidan. "Dulu hampir setiap rumah selalu ada tanaman buah. sekarang mencari pohon jambu klutuk atau delima sulitnya bukan main," kata Kunkun yang semakin mengkhawatirkan punahnya tanaman ini.

Dalam memperlakukan buah-buahan dan sayuran segar, agar tetap menjadi sumber alami antioksidan, menurut Kunkun diperlukan teknik yang benar. Pada proses pencucian, pemotongan dan pemasakan yang tidak benar banyak antioksidan terbuang sia-sia.’

"Pemahaman tentang ini harus dipunyai kaum perempuan. Misalnya jangan memasak sayuran terlalu matang, mencuci dulu buah atau sayur baru dipotong, bukan dipotong dulu baru dicuci, " kata Kunkun menyarankan.

Mengonsumsi makanan sehat juga harus diimbangi dengan gaya hidup sehat. Pengaruh iklan bisa menyesatkan. Masyarakat bisa membalikkan asumsi dengan mudah. Misalnya tidak apa-apa merokok, toh radikal bebas yang dihasilkannya akan dilawan oleh antioksidan. Apalagi antioksidan dalam bentuk instan mudah ditemui di toko-toko obat. Pembenaran semacam inilah yang perlu diluruskan. Bagaimanapun merokok dan berbagai aktivitas lainnya yang tidak sehat dalam batas yang berlebih tidak bisa ditangkal sesederhana itu. (Uci)***