gravatar

Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV

Keberhasilan vaksin HPV berbeda setiap tipenya. Untuk HPV tipe 16 dan 18 dapat menyembuhkan kanker serviks hampir 100%, HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 dapat menyembuhkan lesi kanker sebanyak 95%, serta HPV tipe 6 dan 11 dapat menyembuhkan kutil kelamin mencapai 99%.

KAUM perempuan kini dapat sedikit berlega hati karena sudah ditemukan vaksin baru yang dapat mencegah terjadinya kanker seviks (kanker mulut rahim). Vaksin hasil riset Prof. Ian Frazer selama 15 tahun ini dapat merangsang respons antibodi dan menyembuhkan 99% kasus kanker seviks yang terjadi.

Bagaimanakah cara kerja virus tersebut dan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat memperoleh antibodi tersebut?

Dokter ahli kebidanan dan kandungan, Susan Melinda dari Melinda Hospital, memaparkannya pada talkshow pengenalan vaksin baru kanker serviks pada ajang "Wedding Belle", di Graha Managgala Siliwangi, Kamis (24/1).

Susan menyebutkan, kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada leher rahim (serviks).

Penyebab kanker serviks adalah Human Papillomavirus a, 1, 2 (HPV) dari riset yang dikembangkan menyebutkan, sebanyak 120 tipe HPV telah diketahui dan 30-40 tipe HPV menyerang anogenital. Kedua tipe tersebut ada yang tergolong ke dalam low risk type dan high risk type.

HPV yang tergolong ke dalam low risk type adalah HPV 6 dan HPV 11. Jenis ini tergolong low risk type karena tidak menyebabkan kanker hanya menyebabkan anogenital warts. Sementara HPV yang tergolong ke dalam high risk type adalah HPV 16 dan HPV 18. HPV ini dapat menyebabkan kanker serviks.

"Kalau kita ingin melihat gejala, sering kali HPV tidak menunjukkan gejala. Bahkan, banyak orang yang tidak tahu kalau mereka terinveksi HPV. Padahal, banyak orang dapat menularkan HPV tanpa menyadarinya," ujar Susan Melinda.

Ada beberapa hal tidak normal yang mesti dicermati kaum perempuan. Pertama, pendarahan tidak normal seperti pendarahan sesudah berhubungan seks/senggama, pendarahan saat bukan siklus haid, dan pendarahan sesudah menopause. Kedua, adanya kelainan pada vagina berupa keluarnya cairan kekuningan dan berbau. Ketiga, gejala lain berupa sakit/nyeri pada pinggul dan sakit atau nyeri pada kaki.

"Kalau seorang perempuan mengalami kejadian itu, segera konsultasi dengan dokter ahli. Soalnya pada kebanyakan wanita tidak menunjukkan gejala itu," ujar Susan.

Kanker serviks ditularkan melalui dua cara, karena adanya hubungan seksual sejenis dan karena hubungan nonseksual seperti pakaian dalam yang terlalu ketat dan tidak bersih, pembedahan, dan alat-alat bedah. Dapat juga terjadi karena faktor keturunan langsung dari ibu dan kelahiran prematur. Beberapa faktor infeksi HPV pada wanita terjadi karena pernikahan usia muda di bawah 20-24 tahun, bergonta-ganti pasangan seks, memulai hubungan seks pada usia muda, kelakuan dari pasangan seks, merokok, dan pasangan yang tidak disunat. Sementara faktor infeksi pada pria terjadi karena menikah di bawah usia 25-29 tahun, bergonta-ganti pasangan, tidak disunat, dan pasangan seks yang menderita infeksi.

Kanker cenderung muncul pada usia 35-55 tahun. Pengobatan kanker serviks berpotensi menimbulkan terjadinya komplikasi dan ketidaksuburan. Kualitas hidup penderita juga sangat mengerikan, terutama kalau kanker serviks itu sedang kambuh.

**

PENANGANAN kasus kanker serviks yang selama ini digunakan meliputi tiga cara: pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara edukasi, penggunaan kondom, dan pemberian vaksin yang kini sudah ditemukan. Untuk deteksi dini dapat dilakukan dengan cara pap smear dan ViIA sedangkan untuk langkah pengobatan dapat dilakukan dengan berkonsultasi kepada dokter.

Seperti sudah diketahui, deteksi dini pap smear dilakukan dengan pengambilan sel dari serviks kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya kelainan pada serviks. Tes ini harus dilakukan secara berkala oleh kaum perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual. Minimum satu kali dalam setahun.

Hal penting yang harus diperhatikan pada deteksi pap smear adalah cara pengambilan sampel dari mulut rahim, pelakukan terhadap preparat, dan pembacaan hasil laboratorium oleh ahli patologi. Agar hasil pap smear akurat, pengambilan sampel harus di tempat yang baik dan tepat, perlakuan terhadap preparat juga harus sesuai, dan pada saat pembacaan harus dilakukan dengan cara profesional.

"Ada kalanya seorang penderita menyampaikan bahwa hasil pap smear-nya negatif, tetapi pada kenyataannya dia terkena. Inilah yang harus tetap kita cermati bersama," ujarnya menegaskan.
Selain pap smear yang selama ini diyakini dapat mencegah kemungkinaan terjadinya kanker serviks, kini dikembangkaan vaksin baru yang dapat mencegah terjadinya kanker serviks pada kaum perempuan.

Riset terhadap penelitian tersebut, menurut Susan, sebenarnya sudah berlangsung selama 15 tahun. Akan tetapi, hasilnya baru dikeluarkan pada peneliti pada Desember 2006 lalu dan mulai masuk ke Indonesia pada awal Januari 2007.

Sesuai nama penyakitnya, vaksin ini disebut vaksin Human Pappilomavirus atau vaksin HPV. Vaksin HPV bekerja dengan cara merangsang respons antibodi sehingga virus HPV tidak dapat masuk ke dalam sel serviks.

Vaksin ini terdiri atas 4 tipe, HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Vaksin ini tidak mengandung virus hidup (recombinant) dan tidak mengandung bahan pengawet (timerosal free). Dibuat dari ragi (Saccharomyces Cerevisiae) yang telah digunakan pada vaksin yang disuntikan kepada jutaan anak dan dewasa.

Cara pemakaian vaksin diberikan melalui suntikan lengan atas atau paha bawah dengan jadwal 0, 2, dan 6 bulan. Akan lebih baik jika vaksin diberikan kepada calon pengantin yang belum berhubungan seks. Lebih kurang 6 bulan sebelum melangsungkan pernikahan. "Jadi, dengan tiga kali suntikan itulah, kini kaum perempuan bisa menguatkan antibodinya agar tidak terserang kanker serviks," ujarnya.

Keberhasilan vaksin HPV berbeda setiap tipenya. Untuk HPV tipe 16 dan 18 dapat menyembuhkan kanker serviks hampir 100%, HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 dapat menyembuhkan lesi kanker sebanyak 95%, serta HPV tipe 6 dan 11 dapat menyembuhkan kutil kelamin mencapai 99%.

"Keberhasilan ini tentu saja membahagiakan semua orang sehingga Prof. Ian sendiri dalam sebuah media yang merilis hasil temuannya mengatakan, `God`s gift to woman`," papar Susan.

Meski demikian, karena vaksin ini masih baru ditemukan, kekuatan (daya tahannya) masih belum dapat dipastikan. Menurut informasi terakhir, kata Susan, vaksin HPV dapat melindungi kaum perempuan dari kanker serviks selama 5 tahun. Namun, bukan tidak mungkin kemampuan ini akan terus bertambah karena riset masih terus dilakukan.

Bagaimana dengan biayanya? Anda hanya perlu menyediakan lebih kurang Rp 4,5 juta untuk tiga kali suntik dan tidak perlu ke luar negeri karena sejak Januari 2006 vaksin ini sudah beredar di Indonesia. Rumah sakit-rumah sakit tertentu sudah menyediakan layanan vaksin HPV. Tunggu apa lagi, segera hubungi dokter dan mintalah vaksin HPV. Dengan cara itu, Anda sudah melakukan satu langkah yang sangat bijak, pencegahan dini terhadap kanker serviks yang mengerikan! (Eriyanti/"PR)***